TEKNOLOGI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH

Seruan untuk mengurangi pemakaian sumber energi berbasis bahan bakar fosil masih terus bergulir. Selain menimbulkan kerusakan lingkungan, bahan bakar fosil juga terbatas. Untuk itu, tuntutan untuk terus berinovasi guna menghadirkan sumber energi yang bersih dan terbarukan terus bergulir. Salah satu inovasi tersebut adalah gagasan untuk memanfaatkan sampah menjadi energi listrik melalui Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa).

Sebelum masuk lebih jauh ke dalam, mari kita memahami terlebih dahulu prinsip kerja dari pembangkit listrik yang memanfaatkan panas sebagai sistem penggeraknya.

Gambar di atas merupakan prinsip kerja dari pembangkit listrik tenaga uap dan pembangkit listrik tenaga nuklir. Prinsip kerjanya adalah panas yang dihasilkan akan memanaskan boiler yang berisi air. Air akan menguap dan tertampung sehingga memiliki tekanan yang cukup tinggi. Tekanan uap tersebut dialirkan menuju turbin. Lalu turbin yang berputar akan menggerakkan generator hingga menghasilkan listrik. Uap melalui kondensor akan berubah wujud menjadi cair kembali dan dialirkan menuju boiler. Proses ini terus menerus dilakukan.

Pada Pembangkit Listrik Tenaga Sampah, prinsip yang digunakan sama persis seperti prinsip pembangkit listrik tenaga uap. Perbedaannya terletak hanya pada penggunaan bahan bakar untuk memanaskan boiler.

Limbah sampah akan dipilah dan disimpan dalam suatu tempat hingga kadar airnya tersisa 45%. Lalu, pada proses pembakaran, tungku pemanas PLTSa akan dipanaskan terlebih dahulu dengan mneggunakan bahan bakar minyak. Setelah suhu mencapai 900°C sampah akan dimasukkan ke dalam tungku pembakaran. Hasil pembakaran tersebut akan menghasilkan gas buangan berupa CO, CO2, O2, Nox, dan Sox.

Dari hasil pembangkaran sampah sebanyak 1.800 ton/hari energi listrik yang dihasilkan mampu daya sebesar 10 MW. Di Indonesia sendiri, PLTSa pertama dibangun di Surabaya pada tahun 2019 dengan nilai investasi sebesar 49,86 juta dolar AS. Lalu ada juga tiga pembangkit yang berlokasi di Surakarta, Palembang, dan Denpasar.

Namun, gagasan pembangkit listrik dari sampah bukan tanpa kekurangan. Untuk membangun sebuah pembangkit listrik tenaga sampah berkapasistas 10 MW dibutuhkan nilai investasi yang sangat besar. Dibandingkan pembangkit listrik batubara yang dapat mencapai daya hingga 100 MW per unitnya, tentu pembangkit listrik tenaga sampah ini masih jauh dari kata efektif. Ditambah lagi dampak yang dihasilkan dapat menimbulkan kerusakan terhadap lingkungan apabila dalam proses pengoperasiannya mengalami kebocoran.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama