OPINI

KEPEMIMPINAN NASIONAL[1]
PEMIMPIN MUDA APAKAH SEBUAH SOLUSI ?[2]
Berikan aku sepuluh pemuda maka akan aku guncangkan dunia
( Ir. Soekarno )

Dinamika kepemimpinan nasional akhir – akhir ini diwarnai dengan penuh tanda tanya. Di berbagai media mulai cetak, elektronik hingga online ramai menyebut – nyebut pemimpin muda untuk memimpin bangsa kedepannya. Tidak dipungkiri ditahun 2014 ini atau tahun politik berbagai Partai Politik telah mempersiapkan calon presiden untuk memipin Indonesia lima tahun kedepan. Al hasil ini yang menimbulkan tanda tanya bagi sebgian rakyat Indonesia, apakah mungkin kita memiliki Presiden muda yang kebanyakan orang melihat belum berpengalaman dan belum tahu banyak tentang Bangsa Indonesia ini. Melihat dengan banyaknya calon presiden yang ditawarkan, tentu tidak mungkin ini hanyalah permainan politik belaka. Kepemimpinan Nasional diwarnai muka lama sebut saja Aburizal Bakrie Bos salah satu media televisi juga sebagai Politisi Partai Golkar atau Megawati Soekarnoputri, anak mantan Presiden Indonesia Ir. Soekarno lewat partainya PDIPnya, atau Prabowo Subianto manta Danjen Kopassus juga sebagai pengusaha lewat kendaraan Partai Gerindra. Bangsa Indonesia yang dewasa ini sedang dihantu dengan bermacam – macam ketidak adilan, penindasan, kemiskinan, korupsi  hingga upah buruh yang tak layak. Seolah ingin bangkit dari keterpurukan dizaman pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyo, para Calon Presiden tersebut menawarkan berbgai macam solusi mulai dari pendidikan gratis SD hingga SMA, pembangunan lapangan pekerjaan, hingga hukuman mati bagi pelaku korupsi. Namun realita yang terjadi sekarang para politisi hanya mengutamakan janji semata ketika keinginannya sudah tercapai seolah rakyat dilupakan hanya sibuk dengan dunianya sendiri atau ibarat orang autis. Akhir – akhir ini berbagai lembaga surve dan pengamat politik sibuk menganilis tentang alternatif pemimpin muda atau capres alternatif. Joko Widodo atau Jokowi, Dahlan Iskan, Anis Baswedan, Marzuki Ali, Gita Wiryawan, Cahirul Tanjung, Abraham Smad hingga Pedangdut Rhoma Irama. Para pemimpin muda adalah sosok yang tangguh, pemikiran luas tentang kebangsaan, dan sudah terbukti di instansinya. Alternatif capres merupakan sebuah kritik terhadap Pemimpin muka lama yang setiap pemilihan umum selalu tampak dengan kekuatan partai politik berbasis mobilisasi masa. Demi ambisi semata mereka menggunakan finansial yang melimpah ruah daripada memberikan kesempatan pada generasi penerusnya. Kebijakan partai yang lebih mementingkan pengalaman daripada hasil yang pernah dikerjakan.
Antara Elitis dan Birokratis
Dalam menjawab tentang permasalahan bangsa, setidaknya pemimpin bangsa harus tahu tentang seluk beluk kondisi bangsa yang di Pimpin. Kaitan dengan hal tersebut untuk lebih mengetahui seberapa jauh seorang pemimpin akan sifat kebangsaannya. Permasalah yang terjadi sekrang bukan ketidak mampuan tokoh muda untuk memimpin negeri, melainkan karena alasan birokratis dalam partai. Sebut saja Jokowidodo, Dahlan Iskan atau Jusuf Kalla. Secara kulaitas mereka sangat layak untuk menjadi presiden, namun karena alasan kebijakan partai maka anak bangsa tersebut terkadang menemui jalan buntu. Jokowi misalnya mempunyai masa yang banyak dan dukungan yang melimpah akan tetapi Jokowi harus melewati restu dari Megawati Soekarnp putri yang notabene akan diusung oleh partai yang juga mengusung Jokowi dalam Pemilihan Gubernur Jakarta, beda lagi kasus yang menimpa Jusuf Kalla, mantan wakil presiden ini didukung oleh kalangan minoritas dalam partai Golkar akan tetapi di dalam partai tersebut ada bos besar yaitu Abu Rizal Bakrie lewat kekuatan finansialnnya. Kesan pemimpin sekarang yang harus menunjukkan sifat elitis dihadapan masyarakat seolah membuktikan bahwasannya kepemimpinan di Negara Indonesia tidak dicintai oleh rakyatnya. Bersentuhan dengan akar rumput jika hanya mendekati waktu kampanya atau pada saat mau pemilihan, image seolah telah terbentuk dan rakyat juga sudah mulai menyadarinya. Sehingga tidaklah kaget apabila setiap pemilihan umum penyakit GOLPUT menjadi permasalahan yang sulit untuk diatasi. Beban yang ditanggung rakyat yaitu kehidupan yang serba sulit, bahan pokok melambung tinggi hingga pendidikan bagi anak – anaknya yang tak terurus menjadi pekerjaan rumah bagi pemimpin – pemimpin negeri ini kedepan. Mungkin bukan kepada sosok yang dimau oleh takyat namun lebih kepada tindakan yang nyata dalam memimpin, bukan janji kosong yang ditawarkan namun kerja nyata yang dibuktikan, dan yang penting pemimpin yang ingin diharapkan oleh rakyat indonesia adalah pemimpin yang selalu memahami apa yang dimau oleh rakyatnya dan pemimpin yang mau merasakan apa yang dirasakan rakayatnya dan memberikan solusi tantang permasalah tersebut.
Pemimpin muda vs pemimpin tua
Ibarat pepatah adalah murid kencing berdiri guru lencing berlari, dapat diidentikkan dengan kondisi perpolitikan dewasa ini. Implementasi dari nilai – nilai luhur pendiri bangsa tidak dapat dijadikan sebagai pelajaran yang berharga, yang ada hanyalah nilai – nilai yang berpihak pada kepentingannya sendiri yang selalu diunggul – unggulkan. Murid selalu menjadi sasaran kemarahan sang guru apabila murid tersebut tidak patuh pada perintah guru. Apakah ini juga menimpa pemimpin muda sekarang ?. hal yang semestinya kita pikirkan bersama – sama, sebagai generasi muda yang mempunyai semangat kebangsaan dan jiwa nasionalisme yang tinggi bertekad merubah wajah Ibu Pertiwi yang sedang menagis, kita seharusnya mengerti tentang berbagai permasalah sekarang. Jadilah guru sekaligus murid, kata – kata populer tersebut tidak dimaknai secara nyata oleh para politikus sekarang, realitanya umur masih menjadi salah satu faktor seseorang maju dalam pemilihan Presiden bukan karena kapasistas dan kredibelitasnya. Hal yang seharusnya menjadi bahan intropeksi diri dikalangan politisi. Pemimpin tua menjadi masalah berarti bagi genrasi muda sekarang. Seperti yang saya kemukakan diatas bahwa kebijakan partai menjadi salah satu jalan terjal seorang Pemimpin muda. Pengejawantahan tua dan muda seharusnya bukan hanya dalm segi usia melainkan juga segi pengalaman dan kenyataannya. Jangan sampai menjadi presiden hanya karena jabatan dan uang, namun lebih kepada tugas mulia sebagai anak bangsa yang miris melihat realita bangsa Indonesia yang dirundung duka.
Mahasiswa sebagai agent perubahan
Sebagai seorang mahasiswa kita dituntut untuk jeli dalam melihat karakteristik pemimpin sekarang. Mahasiswa dalam kaca mata intelektual yang mempunyai jiwa dan semangat untuk perubahan yang lebih baik harus paham pemimpin – pemimpin mana yang kedepannya mampu membuat Indonesia menjadi kekuatan dunia dan mampu mensejahterakan rakyatnya. Mahasiswa mempunyai tugas untuk menyadarkan masyarakat tentang bagaimana memilih sosok pemimpin yang berkualitas baik secara religius maupun secara tindakan. Jangan sampai kita menjadi sebuah agent penipu yang dimanfaatkan oleh golongan tertentu untuk memilih calon tertentu yang sebenarnya akan merusak citra mahasiswa kedepannya. Semestinya kita sebagai mahasiswa tidak disibukkan dengan dengan konflik – konflik dalam tubuh organisasi kita sendiri ( internal ) sang sejatinya itu merugikan. Sudah satnya mahasiswa sebagai salah satu harapan masyarakat melihat kejanggalan – kejanggalan dan memberikan solusi – solusi terbaik guna terhadap kepemimpinan nasional. Bukan tidak mungkin dari mahasiswa kita dapat mempimpin bangsa. Hal yang menjadi cita – cita kita semua, bahwasanya bangsa Indonesia dipimpin oleh seorang mahasiswa yang idealis, berpihak pada rakyat kecil dan jeli dalam melihat realita.suskesi kepemimpinan nasional bukan terletak pada kepentingan partai politik namun lebih kepada semangat individual yang mempunyai tekad dan semangat untuk mewujudkan Indonesia yang maju dan bermartabat. Dan yang terpenting kalau bukan dari golongan terpelajar ( mahasiswa ) siapa lagi yang pantas untuk memimpin negeri ini.
SETIAP KALIAN ADALAH PEMIMPIN DAN SETIAP KEPEMIMPINAN KALIAN AKAN DIMINTAI PERTANGGUNG JAWABAN ATAS KEPEMIMPINANNYA
( H.R Bukhari Muslim )



[1] Oleh Mohammad Isnan, demisioner LPM KONTUR FT UMS
[2] Dibuat pada tahun 2014

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama