BALADA KEMAJUAN TEKNOLOGI

Simpul sejarah kemajuan teknologi

Peradaban manusia adalah sejarah panjang yang patut diyakini keberadaanya. Salah satu hal yang dapat menjadi pertanda akan adanya sejarah panjang itu ialah munculnya revolusi industri. Seperti yang kita ketahui, revolusi industri  dimulai pada akhir abad ke – 18. Pada masa itu perubahan besar yang terjadi ialah terdapatnya peralihan  dalam penggunaan tenaga kerja, dimana pada masa sebelumnya tenaga kerja masih menggunakan tenaga hewan dan manusia namun digantikan  dengan menggunakan tenaga mesin yang berbasis pada manufaktur. Namun, awal mula tentang adanya revolusi industri masih menjadi perdebatan. Menurut beberapa sumber, tidak terdapatnya titik pemisah anatar revolusi industri yang pertama dan revolusi industri yang kedua menjadikanya sedikit simpang siur berkenaan dengan waktu awal mulanya. Terlebih lagi pada saat itu juga berbarengan dengan momentum kemajuan  teknologi yang ditandai dengan berkembangnya kapal uap, rel, mesin pembakaran dalam dan pembangkit tenaga listrik.

Faktor yang melatarbelakangi adanya revolusi industri ini ialah dengan terjadinya revolusi ilmu pengetahuan pada abad pertengahan. Dimana abad itu sering dijuluki dengan abad pencerahan atau Renaisans. Yang dianggap sebagai jembatan antara dunia konvensional tradisional dengan dunia modern. Lahir nya para ilmuwan  seperti Francis Bacon, Rene Descartes dan adanya lembaga riset semakin membuat corak berpikir manusia berubah di kala itu. Efeknya jelas, perubahan atau revolusi itu segera hadir membersamai kehidupan manusia.Titik balik corak pemikiran dan adanya peristiwa revolusi industri ini menjadi perubahan yang besar bagi setiap aspek kehidupan manusia. Memberikan dampak yang begitu berarti terhadap kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat.

Waktu terus berlalu dan corak pemikiran yang terus berubah mengantarkan kita pada abad dimana manusia harus mampu untuk bertransformasi jika tidak ingin tertindas oleh laju dunia. Mengantarkan kita pada era yang sudah tidak asing lagi di telinga kita. Ya, era revolusi industri 4.0. era dimana menuntut manusia untuk menjalin konektivitas di segala sendi kehidupan ( Internet of Thing ). Hal yang dipercaya dapat memberikan perubahan besar dalam kehidupan manusia. Gagasan mengenai revolusi industri 4.0 sejatinya sudah ada sejak tahun 2011 silam. Selain daripada Internet of Thing, corak dari revolusi industri generasi ke – 4 adalah dengan dimunculkanya kecerdasan buatan atau Artificial Intellegence (AI) dan mesin mesin pintar yang lainya.

 

 

Kemajuan Teknologi dan Permasalahan Humaniora

Belum genap 10 tahun berlalu, gagasan baru mengenai kemajuan peradaban telah muncul. Perdana Menteri negara Jepang, Shinzo Abe mengutarakan gagasan mengenai Society 5.0 dimana gagasan ini disampaikanya dalam World Economic Forum (WEF). Shinzo Abe beranggapan bahwasanya Society 5.0 menawarkan beberpa konsep diantaranya ialah Society 5.0 dapat menjadi pengisi atas kesenjangan yang ada antara pemilik modal dengan orang yang kurang beruntung dari segi ekonomi melalui sistem yang terintegrasi baik secara maya atau nyata.

Gagasan yang terdengar seperti sebuah oase namun juga sangatlah utopis untuk diterapkan di negeri ini.  Mengapa bisa demikian? Hal pertama yang muncul adalah berkaitan dengan ketidaksiapan dari bangsa kita sendiri. Pemenuhan akan kebutuhan infrastruktur yang belum merata menjadikan laju perkembangan revolusi industri 4.0 terkesan sangat lambat. Tentu saja banyak faktor yang menjadikan hal tersebut terjadi. Kondisi geografis negara dan ketersediaan alat yang masih terbatas ditengarai menjadi faktor yang paling rasional untuk dapat diterima. Faktor yang lain adalah pengoptimalan tenaga ahli yang belum optimal untuk menyongsong perihal demikian.

Faktor yang menunjukan ketidaksiapan bangsa kita adalah kondisi objektif dari masyarakatnya yang mayoritas memiliki pendapatan perkapita yang masih dibawah dari garis sejahtera. Kondisi yang demikian memicu gesekan antara pemenuhan kebutuhan primer atau pemenuhan akan tuntutan zaman. Gesekan gesekan yang terjadi secara terus menerus ini tentu akan mempengaruhi pola kehidupan masyarakat. Meningkatnya kriminalitas menjadi salah satu contoh imbasnya. Demi mencukupi kebutuhan primer dan tuntutan zaman menjadikan manusia seolah digelapkan matanya untuk mendapatkan alat pemenuh kebutuhan secara instan. Efek jangka panjangnya sangatlah jelas, yaitu degradasi moral yang setiap saat mengintai.

Perlu juga untuk kemudian melihat bagaimana kondisi sosiologi masyarakat dari bangsa ini. Dampak dari belum meratanya Society 4.0 baik secara pemahaman maupun teknis masih begitu terasa. Dalam kultur masyarakat pedesaan impact dari Society 4.0 yang belum merata mungkin tidak akan terlalu kentara secara langsung. Namun berbeda dengan apa yang terjadi pada lingkup masyarakat urban. Kesenjangan yang terbentuk akan sangat menonjol. Minim interaksi sosial dan masih banyak lagi. Itulah alasan mengapa gagasan mengenai Society 5.0 bisa dikatakan sebagai oase ditengah dinamika sosial masyarakat yang ada jika memang dapat berjalan seperti konsep awal yang disampaikan oleh Shinzo Abe.

Bertahap, mungkin itu yang kemudian yang bisa dilakukan bangsa ini. Menapaki tangga satu persatu untuk mencapai titik yang diharapkan. Mengikis kata utopis mungkin adalah hal yang berat. Dibutuhkan sinergitas antar elemen untuk menyongsong kemajuan. Baik pemangku kebijakan maupun elemen elemen lain yang saling terkait. Perlu diingat pula bahwasanya revolusi dan perkembangan teknologi yang semakin berkembang juga akan semakin menindas jika dikapitalisasikan. 

Author:

ILHAM H.A.P (Mahasiswa Teknik Industri UMS)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama