Aksi yang mengusung tajuk "Solo Raya Menggugat" itu diinisiasi oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Solo Raya.
Aksi diawali dengan long march dari perempatan Ngarsopuro menuju Bundaran Gladak, Jl. Slamet Riyadi. Lalu dilanjutkan dengan penyampaian orasi oleh berbagai mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi pada pukul 15.00 WIB.
Dalam aksi ini, setidaknya 800 mahasiswa dari 16 perguruan tinggi di wilayah Karesidenan Surakarta, hadir memenuhi penggilan.
"Jumlah peserta, sekarang mungkin hampir 800 massa," kata Widi Adi, koordinator BEM se-Solo Raya dilansir dari detikJateng.
Menurut dari selembaran poster yang dibagikan di media sosial, dalam aksi tersebut, setidaknya terdapat tiga tuntutan yang mendasar. Pertama, menstabilkan harga minyak goreng dan bahan pokok lainnya. Kedua, mengkaji ulang kenaikan harga BBM dan menjamin ketersediaan BBM bersubsidi. Ketiga, mengkaji ulang undang-undang IKN dan menuntut untuk menunda pembangunan proyek IKN.
Demo diwarnai dengan berbagai macam bendera identitas, serta spanduk dan poster yang berisikan kritikan terhadap kebijakan pemerintah, seperti "Kalau bukan untuk keadilan, lebih baik aku rebahan #Hancurkanoligarki", "ORBA Jilid II Coming Soon", "Oligarki berkoalisi dengan DPR RI".
Tiba di penghujung acara, Widi Adi Nugroho, selaku koordinator BEM se-Solo Raya menyampaikan siaran pers aksi ini.
"Kami akan kembali turun ke jalan dengan massa yang sebesar-besarnya bilamana pemerintah tidak dapat memperbaiki permasalahan rakyat" pungkasnya dalam penyampaian siaran pers.