Lagi lagi berbicara tentang Indonesia, tentu tidak akan pernah habisnya. Jelas, karena Indonesia merupakan Negara dengan keanekaragamannya yang tersebar luas di seluruh penjuru Indonesia. Namun sayang, begitu juga dengan problematika yang beragam dan terus berkembang. Multi Krisis. Sejak beberapa tahun lalu problematika tentang sengketa tanah, perampasan hak hidup manusia atas apa yang ia pijak terus berlangsung hingga saat ini. Hak untuk hidup masyarakat yang tergusur oleh kerakusan Oligarki negeri ini dan parahnya diperburuk dengan gencarnya pemerintah untuk berusaha mengeruk banyak investor baik dari luar negeri maupun dalam negeri untuk sama-sama merealisasikan hawa nafsu mereka dibalik kata DEMI RAKYAT. Demi rakyat para investor dan negara berusaha mengeruk hasil bumi Indonesia tanpa henti tanpa lelah. Demi rakyat negara akan membangun infrastruktur yang mana mengancam banyak hak hidup masyarakat disekitarnya. Demi rakyat Investor dan Negara membabat hutan berjuta-juta hektar untuk memenuhi kebutuhan bahan dan pagan Negara namun bencana ekologi menghantui masyarakat Indonesia, krisis bahan pokok masih saja ada dan terus ada. Demi rakyat Negara berdalih untuk mengamankan dan memberikan kesejahteraan bagi rakyat namun nyatanya krisis kemanusiaanlah yang kini dirasakan rakyat Indonesia. Negara seakan mengambil hak atas rakyatnya untuk bersuara, negara seakan melecehkan atas nama demokrasi. Para tokoh yang menyuarakan kebenaran di tangkap, dan dianggap makar. Para tokoh yang berusaha menguak kebenaran ditangkap dan dianggap melecehkan pemerintah. Para elemen masyarakat baik mahasiswa, rakyat biasa, maupun para aktifis dibungkam. Mahasiswa dibungkam oleh sistem pendidikan yang tak pernah beres, Lembaga Pers Mahasiswa dibungkam oleh pihak kampus, BEM berusaha dibungkam oleh kampus. Dan sistem pendidikan yang tak rasa perlu kerprihatinan lebih. Rakyat yang menyuarakan untuk ingin hidup layak, memperjuangkan hak mereka atas tanah mereka dibungkam, diintimidasi, dan dicampakan seakan mereka bukan bagian dari negara ini. Aktifis yang berusaha menguak kebusukan dicap makar oleh negara, dibantah dengan data dari negara yang mana rakyat pun tak boleh tahu.
Belum lagi terlepas dari berbagai krisis tersebut, muncul wacana negara untuk mengubah/mengamandemen UUD terkait masa bhakti seorang presiden. Iya, mengubah dari yang dahulu dua periode menjadi tiga periode. Isu tersebut menjadi bola panas tentunya, karena masyarakat mulai geram. "Kok bisa ya, padahal masalah banyak tapi kok mau nambah lagi?" Bahkan akhir-akhir ini ramai dari kalangan mahasiswa sering menyuarakan dan melantunkan lagu potong bebek angsa namun dirubah liriknya, beginilah kurang lebihnya.
Masak dikuali
Gagal ngurus
bangsa
Minta tiga kali
Bohong kesana
Bohong kesini
lalalalalalalalala....
Lagu ini kukutip dari media, dan sudah
banyak pula beredar liriknya di media sosial yang ada. Oke kita lanjut ke
topik. Lalu kalau sudah seperti ini, apa yang harusnya kita lakukan khususnya
sebagai seorang mahasiswa? hanya ada satu kata LAWAN.
Hei Mahasiswa,
Rakyat sedang susah sedang menderita,
Ibu pertiwi seakan tersiksa
Negeri yang katanya kaya raya
Tapi mana buktinya?
Hei Mahasiswa,
Akankah kau ingin lenyap
dalam Diam?
Sampai kapan?
Membisu hingga menunggu
karam?
Hingga kapan?
Belajarmu bukan hanya sebatas
buku dan pena
Belajarmu bukan hanya sebatas
guru dan kelas
Tapi belajar mu adalah
menerka-nerka semesta
belajarmu bukan hanya
tentang ruang yang terbatas
hanya ada satu kata, LAWAN.
Seharusnya dan semestinya, sebagai seorang mahasiswa menolak
bahwasannya tempat kita belajar bukan hanya terbatas pada ruang kelas belaka,
bukan. Tapi lebih dari itu. Terlalu fokus pelajaran dan progam kerja disebuah
organisasi atau himpunan, tidak pernah dibenarkan untuk diam melihat
ketidakadilan didepan mata. Dengan apa? Dengan apapun yang kita bisa. bersuara
tidak harus dengan perkataan kok, beraksi tidak harus dengan tindakan kok,
demontrasi bukan hanya sebatas turun kejalan kok, BUKAN. Yang wajib bagi kita,
memperjuangkan yang sewajarnya menjadi amanah bagi kita yang menyandang gelar
MAHASISWA. "Didiklah rakyat dengan organisasi dan didiklah penguasa dengan
perlawanan" (Dikutip dari buku Jejak Langkah Karya PRAM) Tidak akan pernah ada yang
membuat sebuah konsep Perlawanan hanya sebatas turun ke jalan. Perlawanan
mahasiswa bukan hanya sebatas teriak-teriak, karena pada mereka terselip
harapan rakyat bagi negeri ini. Contoh kecilnya ketika ada demonstrasi oleh
mahasiswa terkait entah kebijakan atau apapun yang dinggap merugikan rakyat,
banyak para pedangan yang rela memberikan dagangannya GRATIS hanya untuk
mahasiswa yang demo dengan menyelipkan sebuah harapan. Terciptanya Negeri
Indonesia yang terlepas dari ketidakadilan. Padahal mereka tahu, dagangan
mereka adalah salah satu sumber kehidupan mereka, namun mereka berikan cuma-cuma kepada mahasiswa yang turut andil menyuarakan protes kepada pemerintah.
Lantas apa yang terkadang masih membuat kita seakan bisu akan ketidakadilan pada
negara ini? Pada rakyat Indonesia?
Akhir kata, hanya ada satu harapan teruntuk tempat dimana
aku belajar, Teruntuk dimana aku berada, HimpunanKu. Semoga Lekas sadar dan
Membaik.
Oleh : Lamalif
Mantap sering sering bikin artikel kaya gini
BalasHapus