Rentang Perhatian Manusia Tidak Lebih Baik Dibandingkan Ikan Mas?
Kita hidup di
dalam peradaban yang tidak jauh dari paparan media sosial. Bagaikan pisau yang
memiliki dua mata sisi media sosial bisa menjadi hal yang sangat
bermanfaat, namun bisa juga sangat merugikan. Media sosial memiliki ‘kesenangan
instan’—apalagi semakin banyaknya konten media sosial dengan video berdurasi
pendek yang erat kaitannya dengan si-kesenangan-instan tersebut, seperti reels
pada Tiktok dan Instagram atau short pada Youtube. Berapa lama kita bisa
menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk melakukan scrolling video
pendek? Berapa lama kita bisa fokus menonton video berdurasi lama tanpa
terdistraksi dengan hal lain? Berapa lama kita bisa menonton iklan tanpa ada
keinginan untuk menekan tombol skip?
Menurut kamus
Merriam Webster, rentang perhatian merupakan rentang waktu di mana setiap
makhluk hidup secara individual maupun dalam kelompok berkonsentrasi dan tertarik
akan suatu hal. Sedangkan, menurut Yale Journal of Biology and Medicine,
rentang perhatian merupakan kemampuan kognitif untuk mengalokasikan perhatian
secara selektif dan memprioritasan elemen tertentu serta menyaring hal lain di
sekitarnya. Hal yang membuat rentang perhatian semakin berkurang adalah distraksi
atau gangguan pada hal-hal yang sedang dilakukan.
Ada beberapa
studi yang menjelaskan bahwa rentang perhatian manusia menurun seiring dengan
perkembangan teknologi. Salah satunya berasal dari penelitian Gloria Mark, profesor
informatika di University of California, Irvine yang menunjukkan bahwa rentang
perhatian manusia dari waktu ke waktu semakin menurun drastis. Pada tahun 2004,
manusia bisa berkonsentrasi pada satu layar selama 2,5 menit. Beberapa tahun
kemudian angka itu turun menjadi 75 detik pada tahun 2012. Namun, pada 6 tahun
terakhir rentang perhatian rata-rata hanya menjadi 47 detik. Selain itu, pada
2015 Microsoft merilis hasil studi yang menyebutkan bahwa rentang perhatian
manusia untuk melakukan satu hal dalam satu waktu lebih rendah dari ikan mas
koki. Tim riset Microsoft mensurvei 2000 responden dan melakukan tes
elektroensefalografi guna mengetahui kemampuan otak. Didapatkan 44% orang
berusaha keras untuk fokus melakukan hal yang sedang mereka lakukan, 45%
lainnya mudah terdistraksi dengan aktivitas seperti mengkhayal. Sementara itu, 70%
responden berusia 18-24 tahun menyatakan langsung melihat ponsel bila tak ada
hal lain yang lebih menarik perhatian.
“You have the attention span of goldfish,” salah satu pepatah dalam bahasa Inggris yang sering dikaitkan dengan rentang perhatian manusia baru-baru ini. Lalu, benarkah manusia memiliki rentang perhatian yang lebih pendek dibandingkan ikan mas? Faktanya, manusia memiliki rentang perhatian yang lebih lama dibandingkan ikan mas. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya orang yang mampu menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk maraton drama Korea, anime, atau serial Netflix—banyak orang bisa duduk berjam-jam hanya untuk menyelesaikan misi dari sebuah game. Selain itu, tidak ada yang benar-benar tahu bagaimana cara untuk mengukur rentang perhatian ikan mas, karena selama ini yang diukur oleh seorang peneliti adalah daya ingat ikan mas yang bahkan sebetulnya cukup baik. Ikan mas mampu mengingat sesuatu setidaknya selama 5 bulan dan bahkan lebih cerdas daripada pepatah yang sudah ada sejak lama.
Berita baiknya adalah tidaklah benar bahwa manusia memiliki rentang perhatian lebih pendek dibandingkan dengan ikan mas. Lalu, mengapa banyak orang yang semakin tidak sabaran untuk menonton video atau iklan berdurasi lama dan memilih untuk mempercepatnya? Mengapa banyak orang tidak bisa berkonsentrasi lebih lama ketika diminta untuk membaca banyak tulisan? Masihkah kamu berhasil fokus membaca tulisan ini sampai paragraf ini ditulis?
Rentang
perhatian bukanlah keadaan pikiran yang terjadi secara menyeluruh, melainkan
dibagi menjad beberapa jenis. Ada perhatian berkelanjutan yang terjadi ketika
kita menonton film, perhatian selektif yang terjadi saat kita scrolling
media sosial, dan perhatian fokus seperti saat kita sedang bekerja. Manusia
saat ini disuguhi banyak sekali informasi, sehingga rentang perhatian kita
terbagi menjadi lebih banyak lagi. Hal ini karena pikiran kita harus
perpindah-pindah dari satu hal ke hal lain dengan lebih singkat. Kesenangan
instan yang saya sebutkan di atas merupakan sebuah mekanisme yang terjadi
karena otak mendapatkan dopamin, yaitu senyawa kimia dalam otak yang dapat meningkat
saat seseorang mengalami sensasi yang menyenangkan. Hal inilah yang menjadi
salah satu alasan mengapa kita tidak bisa fokus untuk durasi yang lebih lama,
karena otak kita yang mudah bosan ini cenderung akan selalu mencari kesenangan
yang baru. Ketika kita membiasakan otak kita terstimulus oleh dopamin, maka
otak kita akan lebih mudah untuk merespon kesenangan dengan lebih singkat.
Padahal, otak kita juga membutuhkan jeda agar tidak terjadi stimulasi yang
berlebihan. Selain itu, kebiasaan multitasking atau melakukan banyak hal
secara bersamaan dapat menghabiskan sumber daya kognitif lebih cepat dan
membuat fokus berkepanjangan terasa sulit. Siapa yang sering mendengarkan podcast
atau musik ketika sedang berkendara atau melakukan aktivitas lain? Inilah salah
satu contoh multitasking yang sering kita lakukan dan juga berpengaruh terhadap
rentang perhatian kita.
Ada beberapa hal
yang bisa dilakukan untuk membuat rentang perhatian kita lebih lama. Salah
satunya dengan membatasi distraksi atau faktor-faktor yang mengganggu
konsentrasi dalam melakukan sesuatu, seperti menonaktifkan notifikasi ponsel
saat melakukan sesuatu dan membuat batas waktu untuk melakukan scrolling
media sosial. Beberapa media sosial yang saya ketahui, seperti Youtube dan
Instagram bahkan memiliki fitur yang dapat mengatur pengingat untuk kita beristirahat
(break reminder). Hal lain yang bisa dilakukan adalah dengan melatih
otak untuk terbiasa melakukan hal yang ‘membosankan’, yaitu dengan cara membaca
petunjuk pemakaian suatu barang sampai selesai atau membaca terms and
policies suatu barang/layanan, dsb. Selain itu, melatih otak dapat
dilakukan dengan mencoba hal-hal baru, seperti belajar bahasa asing, merajut,
dsb. Berjalan-jalan atau berpergian tanpa membuka ponsel juga dapat membantu kita
membuat jeda, sehingga kita bisa lebih meningkatkan konsentrasi.
Fokus dan
konsentrasi tentu sangat dibutuhkan dalam keseharian kita. Ada orang yang
mengaku tidak bisa fokus menonton film selama lebih dari 15 menit dan harus
melakukan aktivitas lainnya sebelum melanjutkan kembali kegiatan menonton film
tersebut sampai habis. Jika kita tidak memaksa diri untuk melakukan
kebosanan-kebosanan yang saya sebutkan di atas, maka akan sangat mudah untuk
menurunkan rentang perhatian kita. Ingat bahwa di paragraf atas saya
menyebutkan fakta bahwa rentang perhatian manusia tidak lebih baik daripada
ikan mas memanglah mitos, namun bukankah kita tidak mau mitos itu menjadi kenyataan?