Aku hidup diatas Utopia


Aku hidup diatas Utopia

Benar kata Cholil “mau bagaimanapun lirik lagu dibuat teriris-iris, selagi yang mendengarkan tidak ada kesadaran untuk tergerak. Tak akan pernah bergerak”.

Sejauh apapun kita berharap kepada manusia, bahkan telah teriring laku serta keringat, selagi yang diharapkan tak kunjung selesai dengan dirinya. Tak akan pernah ada manifestasi yang terwujud.

Kadang juga perayaan atas segala peran panjang yang tak berujung perlu, sebagai refleksi, sebagai intermezzo atas segala luka yang diterima dalam menanam serta memupuk harapan kepada orang lain.

Getir, namun itulah yang terjadi. Macam tersayat oleh realita yang dibangun diatas utopia. Sebuah ambiguitas yang nyata, namun tetap menjadi putih dalam gelap.

Kepada ia yang tetap berjalan diatas utopia dan segala macam kata gantinya, bertahanlah, tak apa sesekali mengakui ringkih di persimpangan. Biarkan ia tetap menanam ditengah gurun, macam oase dalam mahsyar, selama roh masih bersemayam, bertahanlah, berjuanglah!

Pada akhirnya, dalam diam ia akan tetap menjadi logam bagi godam. Dalam gelap ia akan tetap menjadi warna yang ia yakini. Kala sepi ia akan menjadi protagonis dalam arena. Bertahanlah, walau kita yakin, bertahan adalah bentuk cinta terliar yang di amini.

Penulis: Lamalip

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama